Sabtu, 05 Juli 2014

ABU NAWAS SANG WALI ALLAH YANG PANDAI BERSYAIR

ABU NAWAS SANG WALI ALLAH YANG PANDAI BERSYAIR



Nama asli Abu Nawas adalah Abu Ali al-Hasan bin Hani al-Hakami. Dia dilahirkan pada 145 H (747 M ) di kota Ahvaz di negeri Persia (Iran sekarang), dengan darah dari ayah Arab dan ibu Persia mengalir di tubuhnya. Ayahnya, Hani al-Hakam, merupakan anggota legiun militer Marwan II. Sementara ibunya bernama Jalban, wanita Persia yang bekerja sebagai pencuci kain wol. Sejak kecil ia sudah yatim. Sang ibu kemudian membawanya ke Bashrah, Irak. Di kota inilah Abu Nawas belajar berbagai ilmu pengetahuan. Masa mudanya penuh perilaku kontroversial yang membuat Abu Nawas tampil sebagai tokoh yang unik dalam khazanah sastra Arab Islam. Meski begitu, sajak-sajaknya juga sarat dengan nilai sprirtual, di samping cita rasa kemanusiaan dan keadilan.
Abu Nawas belajar sastra Arab kepada Abu Zaid al-Anshari dan Abu Ubaidah. Ia juga belajar Al-Quran kepada Ya’qub al-Hadrami. Sementara dalam Ilmu Hadis, ia belajar kepada Abu Walid bin Ziyad, Muktamir bin Sulaiman, Yahya bin Said al-Qattan, dan Azhar bin Sa’ad as-Samman. Pertemuannya dengan penyair dari Kufah, Walibah bin Habab al-Asadi, telah memperhalus gaya bahasanya dan membawanya ke puncak kesusastraan Arab.
Walibah sangat tertarik pada bakat Abu Nawas yang kemudian membawanya kembali ke Ahwaz, lalu ke Kufah. Di Kufah bakat Abu Nawas digembleng. Ahmar menyuruh Abu Nawas berdiam di pedalaman, hidup bersama orang-orang Arab Badui untuk memperdalam dan memperhalus bahasa Arab. Kemudian ia pindah ke Baghdad. Di pusat peradaban Dinasti Abbasyiah inilah ia berkumpul dengan para penyair. Berkat kehebatannya menulis puisi, Abu Nawas dapat berkenalan dengan para bangsawan.
Namun karena kedekatannya dengan para bangsawan inilah puisi-puisinya pada masa itu berubah, yakni cenderung memuja dan menjilat penguasa. Dalam Al-Wasith fil Adabil ‘Arabi wa Tarikhihi, Abu Nawas digambarkan sebagai penyair multivisi, penuh canda, berlidah tajam, pengkhayal ulung, dan tokoh terkemuka sastrawan angkatan baru. Namun sayang, karya-karya ilmiahnya justru jarang dikenal di dunia intelektual. Ia hanya dipandang sebagai orang yang suka bertingkah lucu dan tidak lazim.
Kepandaiannya menulis puisi menarik perhatian Khalifah Harun al-Rasyid. Melalui musikus istana, Ishaq al-Wawsuli, Abu Nawas dipanggil untuk menjadi penyair istana (sya’irul bilad). Sikapnya yang jenaka menjadikan perjalanan hidupnya benar-benar penuh warna. Kegemarannya bermain kata-kata dengan selera humor yang tinggi seakan menjadi legenda tersendiri dalam khazanah peradaban dunia.
Kedekatannya dengan kekuasaan juga pernah menjerumuskannya ke dalam penjara. Pasalnya, suatu ketika Abu Nawas membaca puisi Kafilah Bani Mudhar yang dianggap menyinggung Khalifah. Tentu saja Khalifah murka, lantas memenjarakannya. Setelah bebas, ia berpaling dari Khalifah dan mengabdi kepada Perdana Menteri Barmak. Ia meninggalkan Baghdad setelah keluarga Barmak jatuh pada tahun 803 M. Setelah itu ia pergi ke Mesir dan menggubah puisi untuk Gubernur Mesir, Khasib bin Abdul Hamid al-Ajami.
Tetapi, ia kembali lagi ke Baghdad setelah Harun al-Rasyid meninggal dan digantikan oleh Al-Amin. Sejak mendekam di penjara, syair-syair Abu Nawas berubah, menjadi religius. Jika sebelumnya ia sangat pongah dengan kehidupan duniawi yang penuh glamor dan hura-hura, kini ia lebih pasrah kepada kekuasaan Allah.
Memang, pencapaiannya dalam menulis puisi diilhami kegemarannya melakukan maksiat. Tetapi, justru di jalan gelap itulah, Abu Nawas menemukan nilai-nilai ketuhanan. Sajak-sajak tobatnya bisa ditafisrkan sebagai jalan panjang menuju Tuhan. Meski dekat dengan Sultan Harun al-Rasyid, Abu Nawas tak selamanya hidup dalam kegemerlapan duniawi. Ia pernah hidup dalam kegelapan – tetapi yang justru membawa keberkahan tersendiri.
Seorang sahabatnya, Abu Hifan bin Yusuf bin Dayah, memberi kesaksian, akhir hayat Abu Nawas sangat diwarnai dengan kegiatan ibadah. Beberapa sajaknya menguatkan hal itu. Salah satu bait puisinya yang sangat indah merupakan ungkapan rasa sesal yang amat dalam akan masa lalunya.
Mengenai tahun meningalnya, banyak versi yang saling berbeda. Ada yang menyebutkan tahun 190 H/806 M, ada pula yang 195H/810 M, atau 196 H/811 M. Sementara yang lain tahun 198 H/813 M dan tahun 199 H/814 M. Konon Abu Nawas meninggal karena dianiaya oleh seseorang yang disuruh oleh keluarga Nawbakhti – yang menaruh dendam kepadanya. Ia dimakamkan di Syunizi di jantung Kota Baghdad.
Berikut salah satu kisah Jenaka Abu Nawas. Demi Tata Krama Kepada Raja Konon di Zaman Raja Harun Al Rasyid dulu tidak ada yang namanya WC, yang ada cuma sungai atau kali untuk buang hajat. Suatu ketika sang raja merasa perutnya sedang sakit, dan sudah tidak bisa lagi untuk diajak kompromi. Seketika itu juga raja meminta para pengawal untuk mendampinginya ke sungai demi menuntaskan hajatnya.
Kebetulan sungai disitu mengalir ke arah selatan. Dan Sudah masyhur di kalangan masyarakat , jika sang raja sedang buag hajat di sungai, maka rakyat dilarang keras berak di sebelah utaranya raja, karena di khawatirkan kotoran tersebut akan mengalir ke arah selatan dan mengenai badan sang raja. Dan kalau ada yang melanggar, maka akan mendapatkan hukuman berat dari sang raja.
Namun kali ini, peraturan tersebut tidak di indahkan oleh sang tokoh kocak Abu Nawas, Abu Nawas dengan santainya juga ikut berak di sebelah utara agak jauh dari posisi sang raja, sehingga sang raja tidak melihatnya. Disaat asyik buang hajat, tiba – tiba saja ada suatu benda yang menyenggol pantat sang raja, tanpa berpikir panjang, benda tersebut langsung dipegang dan dilihat oleh sang raja, alangkah terkejutnya, ternyata benda tersebut adalah kotoran manusia.
kontan saja hal itu membuat sang raja naik pitam. seketika itu juga raja menyuruh para pengawalnya untuk menelusuri sungai di sebelah utara,dan menangkap orang yang berak . Benar saja, di sebelah utara agak jauh dari posisi sang raja, terlihat sosok abu nawas sedang berak dengan santainya. Saat itu juga para pengawal langsung menangkap dan membawanya ke hadapan raja untuk di hukum.
Ketika di hadapkan pada raja, Abu Nawas memprotes pada raja kenapa dia di tangkap dan akan dihukum.
Raja pun menjawab : ”Apakah kamu tidak tahu wahai Abu Nawas, perbuatanmu itu telah melecehkan privasiku, kamu telah menginjak – injak harga diriku, kamu memang tidak punya tata krama !!! bentak sang raja. “Berani – beraninya kamu berak di sebelah utaraku, sehingga kotoranmu mengenai badanku, selama ini tidak pernah seorangpun dari rakyatku berani melakukan perbuatan sepertimu” wahai Abu Nawas” Tambah sang raja dengan nada sangat kesal. “Kini kamu harus menerima hukuman dariku”
“Maaf, tunggu sebentar wahai raja ” sela Abu nawas. “Ada apa? tanya raja, “kali ini tidak ada lagi ampun bagimu Abu nawas” “Tunggu sebentar, tolong beri saya kesempatan untuk menjelaskannya. “Saya melakukan itu semua, karena saya sangat menghormati engkau wahai raja” mendegar hal itu, raja harun Al Rasyid langsung sedikit tertegun dengan apa yang disampaikan oleh abu nawas.
“Lho perbuatan seperti itu , kamu bilang malah untuk menghormati aku???” tanya raja dengan ekspresi agak sedikit keheranan. “Ya benar raja ” jawab abu nawas dengan tegasnya. Rajapun semakin keheranan dan penasaran dengan abu nawas. “Baiklah kali ini aku kasih kamu kesempatan untuk menjelaskan alasannya, jika alasanmu tidak masuk akal maka aku tidak segan – segan untuk memperberat hukumanmu.”
“Baiklah raja, begini alasannya. Raja tahu, selama ini jika raja tengah mengadakan perjalanan dengan rakyat atau bersama pengawal , tidak ada satupun dari rakyat atau pengawal raja yang berani mendahului jalannya raja, begitu juga dengan saya, ketika saya ikut rombongan raja , posisi saya ketika berjalan tidak berani mendahului raja, itu saya lakuakan karena saya menjaga tata krama dan sopan santun kepada raja”
“Ya bagus, lha terus apa hubungannya dengan perbuatanmu yang sekarang ini??” tanya raja dengan nada semakin penasaran dengan akal cerdik abu nawas. “Begini raja, saya menghormati engkau tidak setengah – setengah, melainkan saya menghormati engkau dengan sepenuh hati . Ketika saya buang hajat , saya memilih di sebelah utara raja, dan sama sekali , saya tidak berani berak berada di sebelah selatan raja. Hal ini saya lakukan karena saya kuatir, jika saya berak di sebelah selatan raja, maka nanti kotoran saya berlaku tidak sopan kepada kotoran raja, karena sudah berani berjalan mendahuli kotoran raja.
sehingga saya memilih berak di sebelah utara, agar supaya kotoran saya tidak sampai mendahului kotoran raja. Ini semua saya lakuakan tidak lain, hanya demi Tata krama saya kepada kotoran raja. Terus terang wahai baginda, kotoran saya tidak berani mendahului kotoran raja, karena hal itu merupakan perbuatan su’ul adab. Ketika raja berjalan, saya tidak berani mendahului jalan raja, begitu juga ketika kotoran raja mengalir, maka kotoran saya pun tidak berani mendahului kotoran raja.
Ini semua saya lakuakn karena Sopan santun dan tata krama saya yang sepenuh hati kepada raja.” “Malah yang seharusnya diberi hukuman bukan saya wahai raja , melainkan rakyat engkau yang tidak punya tata krama, karena mereka berani berak di sebelah selatanmu, sehingga kotoran mereka mendahului kotoranmu. “ Mendengar penjelasan Abu nawas, raja pun tersennyum. dia tidak jadi marah dan menghukum Abu nawas, tetapi oleh sang raja Abu Nawas malah diberi hadiah karena alasannya masuk akal. Sejak kejadian itu, raja pun menginstruksikan kepada rakyatnya untuk berak di sebelah utara sang raja, demi menjaga kesopanan kepada kotoran sang raja.
Khalifah Harun al-Rasyid tertunduk malu
Syahdan, Khalifah Harun al-Rasyid marah besar kepada shahibnya yang karib dan setia, yaitu Abu Nawas. Ia ingin menghukum mati Abu Nawas setelah menerima laporan bahwa Abu Nawas mengeluarkan fatwa: “tidak mau ruku’ dan sujud dalam shalat.” … Lebih-lebih lagi, Harun al-Rasyid mendengar Abu Nawas berkata bahwa, … “khalifah yang suka fitnah!” … Menurut pembantu-pembantunya, Abu Nawas telah layak dipancung karena melanggar syariat Islam dengan menebar fitnah. Khalifah mulai terpancing. Tapi untung, ada seorang pembatunya yang nampaknya biasa-biasa saja (orangnya sangat besahaja) memberi saran, … hendaknya Khalifah melakukan tabayun (konfirmasi) terlebih dahulu kepada Abu Nawas. Tak berapa lama, … Abu Nawas pun dipanggil dan digeret menghadap Khalifah, … Kini, ia menjadi pesakitan. “Hai Abu Nawas, benar kamu berpendapat tidak ruku’ dan sujud dalam salat?” .. tanya Khalifah dengan keras.
Abu Nawas menjawab dengan tenang, “Benar Saudaraku.”
Khalifah kembali bertanya dengan nada suara yang lebih tinggi, “Benar kamu berkata kepada masyarakat bahwa aku, Harun al-Rasyid adalah seorang khalifah yang suka fitnah?”
Abu Nawas menjawab, … “Benar Saudaraku.”
Khalifah berteriak dengan suara yang menggelegar, “Kamu memang pantas dihukum mati, karena melanggar syariat Islam dan menerbarkan fitnah tentang khalifah!”
Abu Nawas tersenyum seraya berkata, … “Saudaraku, memang aku tidak menolak bahwa aku telah mengeluarkan dua pendapat tadi, tapi sepertinya, kabar yang sampai padamu tidak lengkap, … kata-kataku diplintir, … dijagal, … seolah-olah aku berkata salah.”
Khalifah berkata dengan ketus, … “Apa maksudmu, jangan membela diri, kau telah mengaku dan mengatakan kabar itu benar adanya!”
Abu Nawas beranjak dari duduknya, dan menjelaskan dengan tenang, … “Saudaraku, aku memang berkata ruku’ dan sujud tidak perlu dalam shalat, tapi dalam shalat apa? … Waktu itu, aku menjelaskan tata-cara shalat jenazah yang memang tidak perlu ruku’ dan sujud.”
… “Bagaimana soal aku yang suka fitnah?”, … tanya Khalifah.
Abu Nawas menjawab dengan senyuman, … “Kala itu, aku sedang menjelaskan tafsir ayat 28 surat al-Anfal, yang berbunyi “ketahuilah bahwa kekayaan dan anak-anakmu hanyalah fitnah (ujian) bagimu.” Sebagai khalifah dan seorang ayah, kamu sangat menyukai kekayaan dan anak-anakmu, berarti kamu suka “fitnah” (ujian) itu.” … Mendengar penjelasan Abu Nawas yang juga kritikan, Khalifah Harun al-Rasyid tertunduk malu, menyesal dan sadar.
Rupa-rupanya kedekatan Abu Nawas dengan khalifah Harun al-Rasyid menyulut rasa iri dan dengki di antara pembatu-pembatu khalifah lainnya. Kedekatan hubungan ini nampak ketika Abu Nawas memanggil Khalifah Harun al-Rasyid dengan kata “ya akhi” (saudaraku). Hubungan di antara mereka bukan lagi seperti hubungan antara tuan dan hamba. Pembantu-pembantu khalifah yang hasud ingin memisahkan hubungan akrab tersebut dengan memutar-balikkan berita.
Perjalanan Abu Nawas dalam Pencarian Allah
Abu Nawas memang sudah terganggu akal fikirannya. Banyak persoalan mengenai mengenal diri masih belum terjawab. Makin banyak dia berusaha makin banyak lagi persoalan yang timbul. Sahabat handai sudah mula berkata-kata yang Abu Nawas kurang siuman.
Namun begitu Abu Nawas tidak mengindahkan mereka. Yang penting dia akan sampai ke matlamatnya yaitu mengenal diri dan Tuhannya. Kini Abu Nawas terus berusaha dan cuba menempatkan dirinya sebagai fakir iaitu orang yang berjalan mencari Tuhan.
Setiap hari dia berbaju putih dari kain yang agak kasar. Mengikat kepala dengan serban putih, berseluar putih dan bahkan segala-galanya putih. Kemana-mana dia berjalan kaki. Dia tahan tidak makan kerana dia beranggapan apabila kurang makan maka dia kan dapat mengawal nafsunya. Nafsu perlu dikawal untuk perjalanan bertemu Tuhan katanya. Setiap orang yang dijumpainya diajaknya senyum. Tingkah lakunya tidak ubah seperti cerita sufi di zaman Andalusia.
“Saya mesti bersih kerana Allah itu juga bersih. Saya juga mesti didalam keadaan berwuduk, sebab Allah adalah Maha Suci. Dan Allah juga Maha Pengasih, sebab itulah aku melihat orang dengan senyuman”.
Melihat tingkah lakunya yang demikian, maka orang-orang yang tidak mengerti sudah menilai Abu Nawas sebagai seorang sufi. Atau setidak-tidaknya orang berkata bahawa dia seorang ahli tasawwuf. Padahal dia baru bertarekat berjalan sendiri tanpa dibimbing oleh seorang Guru Mursyid atau Syeikh, apalagi tidak merujuk kepada Al Qur’an dan Hadith sebagai pegangan utama. Sudah pasti dia akan sesat jalan. Bahkan fikirannya terganggu seperti orang yang kurang siuman.
Didalam perjalanan ini, ada juga orang yang meminum air tongkat gurunya dan bahkan ada yang menginap tujuh hari tujuh malam di makam guru. Itu pun sudah dilakukan oleh Abu Nawas. Abu Nawas sudah semakin jauh dari tujuan asalnya. Namun begitu, Abu Nawas masih tetap pada pendiriannya bahawa menginap di makam para Wali sebagaimana orang lain melakukannya mungkin ada kebenarannya.
Dengan tiba-tiba dia berteriak, “Memang gila !”. Orang-orang yang berada disekelilingnya terperanjat dan melihat kepadanya. “Apanya yang gila Abu ?” Tanya mereka yang sama-sama menginap di makam wali itu. “Cuba kamu lihat ayat ini”, tunjuk Abu Nawas kepada mereka tentang sepotong ayat dari tafsif Al Qur’an yang dipinjamnya dari penjaga kunci makam tersebut.
“Dan sesungguhnya Kami menciptakan manusia dan kami mengetahui apa-apa yang dibisikkan oleh hatinya. Dan kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya”. (Qaf, 50:16)
“Jadi kenapa ?”, tanya mereka yang hadir. “Memang kamu semua lembab fikiran ! Kan ayat ini mengatakan bahawa pada setiap umat manusia ada Allah. Pada saya ada Allah, pada kamu juga ada Allah. Bukankah Allah menjadi Maha Banyak. Padahal semua guru mengatakan bahawa Allah itu Maha Esa”.
Mereka semua tercengang dan terdiam. Didalam hati masing-masing mereka berkata betul juga kata orang gila ini. Yang lain-lainnya ada juga berpendapat tidak mungkin Allah itu banyak. Kalau Allah itu banyak, maka Allah akan bergaduh sesama sendiri. Bukankah Nabi Ibrahim pernah bertanya soalan yang sama kepada bapanya. Yang hadir semua berfikir dan ada yang akan bertanya kepada gurunya nanti.
Bagi Abu Nawas bertambah lagi satu penyakit dalam dirinya. Pertanyaan yang tersimpan dan tidak terjawab akan membuatkan seseorang semakin terganggu saraf pemikirannya. Namun begitu yang semakin parah adalah apabila orang awam sudah mula menghormati Abu Nawas sebagai seorang Syeikh. Kata mereka memang orang-orang yang hampir dengan Tuhan tidak boleh difahami dan selalu bersikap eksentrik.
Ketika Abu Nawas asyik termenung memikirkan persoalannya, tiba-tiba dari sebelah kanan datang seseorang berbisik kepada Abu Nawas. “Bermohonlah kepada Allah untuk mendapatkan kemudahan dan bimbingan. Mudah-mudahan nanti seorang Guru akan datang untuk menjawab pertanyaan yang merungsingkan kamu”. Kemudian orang itu terus menghilang.
Ambillah pelajaran yang betul dari perjalanan Abu Nawas ini. Gilaplah cermin diri kita untuk kembali kepada Tuhan.
Salah satu cerita menarik berkenaan dengan Abu Nawas adalah saat menejelang sakaratulmautnya. Konon, sebelum mati ia minta keluarganya mengkafaninya dengan kain bekas yang lusuh. Agar kelak jika Malaikat Munkar dan Nakir datang ke kuburnya, Abu Nawas dapat menolak dan mengatakan. "Tuhan, kedua malaikat itu tidak melihat kain kafan saya yang sudah compang-camping dan lapuk ini. Itu artinya saya penghuni kubur yang sudah lama."
Tentu ini hanyalah sebuah lelucon menurut pandangan orang yang awam tetapi bukanlah sebuah lelucon bagi seorang Wali Allah, dan memang kita selama ini hanya menyelami misteri kehidupan dan perjalanan tohoh sufi yang penuh liku dan sarat hikmah ini dalam lelucon dan tawa
Salah satu Syairnya :
Syair Al 'Itiraf [Pengakuan] Abu Nawas
Ya Tuhanku, tidak pantas bagiku menjadi penghuni surga-Mu
Namun, aku tidak kuat dengan panasnya api neraka
Terimalah taubatku dan ampunilah dosa-dosaku
Sesungguhnya Engkau Maha Pengampun dosa-dosa besar
Dosaku seperti jumlah pasir
Maka terimalah pengakuan taubatku Wahai Pemilik Keagungan
Dan umurku berkurang setiap hari
Dan dosaku bertambah, bagaimana aku menanggungnya
Ya Tuhanku, hamba-Mu yang berdosa ini datang kepada-Mu
Mengakui dosa-dosaku dan telah memohon pada-Mu
Seandainya Engkau mengampuni
Memang Engkaulah Pemilik Ampunan
Dan seandainya Engkau menolak taubatku
Kepada siapa lagi aku memohon ampunan selain hanya kepada-MU
Yakni, ia merasa menyesal sekali atas perbuatannya yang sia-sia. Salat lima waktu tak pernah dihiraukan. Dan hanya kepada Allah, Yang Maha Tinggi ia berdoa mohon pengampunan, seperti yang telah Allah berikan kepada Nabi Yunus.
Keyakinan agamanya banyak dibahas orang. Mereka menilai penyair ini dari puisi-puisinya yang beraneka ragam. Hampir semua yang dialaminya dan yang begejolak dalam pikirannya tertuang secara gamblang dalam puisi-puisinya. Orang menilai, bahwa keimanannya kepada Allah kuat sekali, begitu juga terhadap pengampunan-Nya lebih besar:
Begitu besar dosaku
Setelah kubandingkan dengan sifat kepengampunan-Mu
Ya Allah
Pengampunan-Mu lebih besar.
Mengenai harapan akan pengampunan Allah sajak berikut ini terkenal sekali, dijalin dalam kata-kata yang sangat mengharukan:
Tuhanku, kalau pun dasaku sudah begitu besar, begitu banyak
Aku pun tahu, sifat pengampunan-Mu lebih besar
Kalau yang berharap kepada-Mu hanya orang yang saleh
Kepada siapa orang yang berdosa ini akan berlindung?
Seruanku hanya kepadamu, ya Allah
Dengan sepenuh hati, seperti perintah-Mu
Kalaupun tanganku ini Kautolak
Siapalagi yang akan mengampuniku?
Tak ada jalan lain bagiku kepada-Mu
Hanya harapan dan pengampunan-Mu yang begitu indah
Di samping semua itu, aku seorang muslim (berserah diri).
Puisi-puisi zuhud-nya atau puisi keagamaan Abu Nawas memang tidak begitu banyak jumlahnya, dan dibuat pada masa tuanya. Tetapi dari segi kedalamannya dinilai banyak kritikus sastra melebihi puisi-puisi keagamaan para penyair lain yang sejaman dengannya. Sebagi penyair, baik dalam puisi mujun atau puisi zuhud, dari segi ungkapan, penggunaan kata, dan kedalaman isi, dalam sejarah sastra Islam

Rabu, 02 Juli 2014

Cinta Islam

Allhamdulillah ,, Skrng Akhirnya Saya sadar Juga ..

Tetapi Meskipun Begitu CINTA ini akan Slalu untukmu ..

Jika aku seorang lelaki sejati yang Mencintaimu karena Allah, aku tidak akan berani menyentuhmu bahkan hatimu sekalipun...! Karena aku malu pada Allah jika bayanganku mengacaukan kekhusuk'an ibadahmu...

Jika aku seorang lelaki sejati yang mencintaimu karena Allah, aku tidak akan pernah berani merayumu... menggodamu... bahkan dengan bebas tanpa batas berinteraksi denganmu...! Karena kau belumlah halal bagiku. Aku malu jika harus membuatmu lebih banyak mengingatku daripada mengingatNya. Aku malu jika harus menjadi seseorang yang membuatNya cemburu, karena engkau rela melanggar larangan-laranganNya karena cintamu padaku.

Wahai Ukhti Muslimah ... sadarlah...!

Jika aku seorang lelaki yang benar-benar mencintaimu karena Allah, aku hanya akan berani merayumu... menggodamu... dan menyentuhmu... setelah engkau halal bagiku.

Jika kau mencintaiku karena Allah, tak usah khawatir kita tak dapat bersatu... karena kita tidak pernah tahu apakah aku sudah baik untukmu dan kau baik untukku menurut Allah..

Selasa, 01 Juli 2014

Nasehat Al Habib Umar Bin Hafidz


::PERTANYAAN MALAIKAT DIDALAM KUBUR::

::PERTANYAAN MALAIKAT DIDALAM KUBUR::

Tanya : Man Rabbuka? Siapa Tuhanmu?

Jawab : Allahu Rabbi. Allah Tuhanku.

Tanya : Man Nabiyyuka? Siapa Nabimu?
Jawab : Muhammadun Nabiyyi. Muhammad Nabiku

Tanya : Ma Dinuka? Apa agamamu?
Jawab : Al-Islamu dini. Islam agamaku

Tanya : Man Imamuka? Siapa imammu?
Jawab : Al-Qur'an Imami. Al-Qur'an Imamku

Tanya : Aina Qiblatuka? Di mana kiblatmu?
Jawab : Al-Ka'batu Qiblati. Ka'bah Qiblatku

Tanya : Man Ikhwanuka? Siapa saudaramu?
Jawab : Al-Muslimun Wal-Muslimat Ikhwani. Muslimin dan Muslimah saudaraku..

Jawabannya sangat sederhana bukan?
Tapi apakah sesederhana itukah kelak kita akan menjawabnya?

Saat tubuh terbaring sendiri di perut bumi.
Saat kegelapan menghentak ketakutan.
Saat tubuh menggigil gemetaran.
Saat tiada lagi yang mampu jadi penolong.

Ya, tak akan pernah ada seorangpun yang mampu menolong kita.
Selain amal kebaikan yang telah kita perbuat selama hidup di dunia.

Astaghfirullahal 'Adzim..
Ampunilah kami Ya Allah..
Kami hanyalah hamba-Mu yang berlumur dosa dan maksiat..
Sangat hina diri kami ini di hadapan-Mu..
Tidak pantas rasanya kami meminta dan selalu meminta maghfirah-Mu..
Sementara kami selalu melanggar larangan-Mu..

Ya Allah...
Izinkan kami untuk senantiasa bersimpuh memohon maghfirah dan rahmat-Mu..
Tunjukkanlah kami jalan terang menuju cahaya-Mu..
Tunjukkanlah kami pada jalan yang lurus.
Agar kami tidak sesat dan tersesatkan...

Aamiin Ya Rabbal 'Alamiin.

Maaf, Islam Tidak Mengenal Hari Ibu

Maaf, Islam Tidak Mengenal Hari Ibu



Syaikh ‘Abdul ‘Aziz Ath Thorifi hafizhohullah
berkata,



“Perayaan hari Ibu adalah perayaan dari barat.
Mereka orang-orang kafir di sana punya perayaan
hari ibu, juga ada peringatan hari anak. Kita -selaku
umat Islam- tidak butuh pada peringatan hari Ibu
karena Allah Ta’ala sudah memerintahkan kita untuk
berbakti pada ibu kita dengan perintah yang mulia.
Begitu pula Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah
ditanya, siapakah yang lebih berhak bagi kita untuk
berbakti. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
menjawab, ibumu, ibumu, ibumu lalu bapakmu. …
Intinya, kita selaku umat Islam tidaklah butuh pada
peringatan hari ibu. Karena kita diperintahkan
berbakti pada ibu setiap saat, tidak perlu bakti
tersebut ditunjukkan dengan peringatan dan semisal
itu. Intinya, peringatan tersebut tidaklah dituntunkan
dalam Islam dan seorang muslim sudah sepantasnya
tidak memperingatinya.

Penerus

8 TINGKATAN SURGA BESERTA SIFAT KENI'MATANNYA

8 TINGKATAN SURGA BESERTA SIFAT KENI'MATANNYA


1. SURGA FIRDAUS..
2. SURGA ’ADN..
3. SURGA NAIM..
4. SURGA MA’WA..
5. SURGA DARUSSALAM..
6. SURGA DARUL MUQAMAH..
7. SURGA AL-MAQAMUL AMIN..
8. SURGA KHULDI..

Dan inilah sifat-sifatnya:

1). SURGA FIRDAUS: Surga yang diciptakan dari emas yang merah dan diperuntukan bagi orang yang khusyuk sholatnya. menjauhkan diri dari perbuataan sia-sia, aktif menunaikan zakat, menjaga kemaluaannya, memelihara amanah, menepati
janji, dan memelihara sholatnya.

2). SURGA ‘ADN: surga yang diciptakan dari intan putih dan diperuntukkan bagi orang yang bertakwa kepada ALLAH (An Nahl:30-31),
benar-benar beriman dan beramal shaleh (Thaha:75-76),
banyak berbuat baik (Fathir: 32-33),
sabar, menginfaqkan hartanya dan membalas kejahatan dengan kebaikan (Ar-Ra’ad:22-23)..

3). SURGA NAIM: Surga yang diciptakan dari perak putih dan diperuntukkan bagi orang-orang yang benar-benar bertakwa kepada ALLAH dan beramal shaleh. Al Qalam: 34

4). SURGA MA’WA: Surga yang diciptakan dari jamrud hijau dan diperuntukan bagi orang-orang yang bertakwa kepada ALLAH (An Najm: 15),
beramal shaleh (As-Sajdah: 19), serta takut dengan kebesaran ALLAH dan menahan hawanafsu (An Naziat : 40-41)

5). SURGA DARUSSALAM: surga yang diciptakan dari yakut merah dan diperuntukkan bagi orang yang kuat imannya dan Islamnya, memperhatikan ayat-ayat ALLAH serta beramal shaleh.

6). SURGA DARUL MUQAMAH: Surga yang diciptakan dari permataa putih dan diperuntukkan bagi orang yang bersyukur kepada ALLAH.
Kata Darul Muaqaamah berarti suatu tempat tinggal dimana di dalamnya orang-orang tidak pernah merasa lelah dan tidak merasa lesu. Tempat ini diperuntukkan kepada orang-orang yang bersyukur sebagaimana yg disebutkan di dalam surat Faathir ayat 35.
Sedangkan surga Darul Muaqaamah ini terbuat dari permata putih.

7). SURGA AL-MAQAMUL AMIN: Surgayang diciptakan dari permata putih.
Kata Al-Maqamul Amin menurut Dr M Taquid-Din dan Dr M Khan berarti tempat yang dan diperuntukkan bagi orang-orang yang bertakwa. Sedangkan surgaAl-MaqamulAmin ini
terbuat dari permata putih.

8). SURGA KHULDI: Surga yang diciptakan dari marjan merah
dankuning diperuntukkan bagi orang yang taat menjalankan perintah ALLAH dan menjauhi larangannya (orang-orang yang bertakwa).

SUBHANALLAH..
Semoga Kita  Termasuk orang yang masuk surga dari 8 di atas...

Aamiin Ya ALLAH..

Semangat Juang 313

NASEHAT KUBUR

NASEHAT KUBUR

✔ Aku adalah tempat yang paling gelap diantara yang gelap, maka terangilah aku dengan TAHAJJUD.

✔ Aku adalah tempat yang paling sempit, maka luaskanlah aku dengan BERSILATURMI.

✔ Aku adalah tempat yang paling sepi, maka ramaikanlah aku dengan perbanyak baca AL-QUR'AN.

✔ Aku adalah tempatnya binatang-binatang yang menjijikan, maka racunilah ia dengan AMAL SHODAQOH.

✔ Aku yang menjepitmu hingga hancur bilamana tidak shalat, bebaskan jepitan itu dengan SHALAT.

✔ Aku adalah tempat untuk merendammu dengan cairan yang sangat amat sakit, bebaskan rendaman itu dengan PUASA.

✔ Aku adalah tempat Munkar dan Nakir bertanya, maka persiapkanlah jawabanmu dengan perbanyak mengucapkan Kalimat : LAILAHAILALLAH.

YA ALLAH.. Wafatkan kami dalam keadaan khusnul khotimah dan bebaskan kami dari siksa kubur masukkan kami ke dalam surga-Mu.aamiin ya robbal'alamin

RAHASIA SURAH AL-FATIHAH

RAHASIA SURAH AL-FATIHAH

(1) - AL-FATIHAH Baca 14 kali sebelum tidur : Suami dan anak-anak akan mengingati kita selalu
(2) - AL-FATIHAH Baca 41 kali tiup dalam air dan minum serta buat air mandian:Melepas--kan rasa sakit dalaman
(3) - AL-FATIHAH Baca 7 kali dan usap di kepala setiap pagi dan sekali sebelum tidur.Kepada orang berpenyakit mental
(4) - AL-FATIHAH Baca 3 kali tiup dalam segelas air- minum dan baca sambil mengusap kawasan yang rasa sakit.Sakit yang keterlaluan
(5) - AL-FATIHAH Baca 7 kali dan sapu /usap ke atas kepala bayi yang suka menangis pada malam hari atau pada bila-bila masa
(6) - AL-FATIHAH Baca 3 atau 7 kali, gunakan ibu jari dan tekan di langit-langit, (Mulut) kemudian sapu kepada tempat yang sakit ; Luka berdarah, sengat lebah, jari terkepit di pintu

Note : BACALAH DALAM KEADAAN KHUSYUK, TAWAKAL KEPADA ALLAH DAN NIATLAH DENGAN JUJUR, INSYA-ALLAH IANYA MERUPAKAN PENAWAR YANG TERBAIK KEPADA SEMUA

CARA KEREN MENIPU SETAN

CARA KEREN MENIPU SETAN

Bismillahir-Rahmaanir-Rahim .. Sejak jaman Nabi Adam, Iblis nenek moyang setan, niat banget untuk menipu bangsa manusia. Dilandasi dengan rasa dengki, mereka mengajak umat manusia ikut bujukan indahnya hingga tergelincir ke dalam jurang keterpurukan.

Uniknya saat ini, manusia juga bisa lho menipu setan (baik dari golongan jin maupun manusia). Mau tahu caranya? Rasa-rasanya tulisan segara Ustadz sekaligus pakar SEO, Ali Akbar dapat mewakilinya.

1. Setan merasa sudah menang saat membuat kamu tertegun di layar TV saat menonton bola. Tapi, tiba-tiba kamu bangkit, wudhu, dan sholat. Kena deh si Setan!

2. Saat kamu letih (sehabis kerja atau nonton bola, dll), Setan merasa menang saat mereka buat kamu merem. Tapi tak dinyana, kamu bangkit, wudhu dan sholat. Kena tipu lagi deh tuh Setan!

3. Apalagi saat ada pengemis lewat, rencananya kamu akan mengambil uang recehan, logam-an pula. Tapi mendadak kamu ambil uang kertas yang paling besar. Hehe, kasian deh Setan!

4. Terakhir, Setan merasa menang kalo hari kemarin ibadah kita jelek dan berantakan. Tapi hari ini kita buat Setan tertipu dengan ibadah kita yang terbaik setiap hari dan selamanya.

Semoga mencerahkan ya! Kalo kamu, bagaimana cara buat setan kena tipu?

~ o ~

Salam santun dan keep istiqomah ..
( Subhanallah & Semoga Bermanfaat )

Wallahu a'lam bishshawab,
.... Subhanallah wabihamdihi Subhanakallahumma Wabihamdika Asyhadu Allailaaha Illa Anta Astaghfiruka Wa'atuubu Ilaik .

3 Tingkatan Puasa

3 Tingkatan Puasa

PUASA AWAM, KHAWAS, KHAWASHIL KHAWAS

1. Shoumul ‘awam (puasa golongan umum) yaitu puasanya orang yang menahan hawa nafsu dari makan-minum dan kemaluannya ;

“Dari Abu Hurairah radiyallahu ‘anhu : Rosulullah sallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : Bagi orang yang berpuasa ada dua kegembiraan : Jika berbuka akan gembira, dan jika bertemu tuhannya ia akan senang dengan ganjaran puasanya.” (HR Bukhari)

Orang yang berpuasa pada tingkatan ini hanya akan merasakan lapar dan haus. Orang tipe ini hanya akan menggugurkan kewajiban atau dosa akibat meninggalkan puasa.

2. Shoumul khawashi (puasa tingkatan khusus/istimewa) ya’ni puasanya orang-orang shalih dan matang dalam ilmu agamanya dimana mereka dapat menahan anggota tubuh dari segala macam dosa. Kakinya tidak berjalan ke tempat maksiat, tangannya tidak berbuat maksiat, menjaga mulutnya dan tidak mengucapkan kata-kata yang dilarang Allah Swt., baik dalam bentuk mengumpat, berbohong, menggunjing, dan lainnya. Juga menjaga telinga dari mendengarkan hal-hal yang terlarang. Sama halnya menjaga mata dari melihat hal-hal yang tidak baik.

“Dari Abu Hurairah ra. Bahwa Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : Puasa itu sebagai pendinding, maka orang yang berpuasa dilarang berkata keji atau seperti perkataan orang bodoh, dan jika seseorang akan membunuhnya atau memakinya maka katakanlah : Aku puasa, aku puasa. Demi diriku ditangan Allah sungguh bau mulut orang yang berpuasa lebih harum disisi Allah dari bau misik atau kasturi, yang ia meninggalkan makan, minum dan nafsu syahwatnya untuk aku (Allah). Puasa itu untukku dan akulah yang akan memberikan ganjarannya, dan kebaikan itu dengan 10 kalinya”. (HR Bukhari dan Muslim)

Syaikhul Islam Al-Imam Al-Ghazali menyebutkan ; bahwa seseorang tida akan mencapai kesempurnaan dalam tinkatan puasa kedua ini kecuali harus melewati enam hal sebagai prasyaratnya, yaitu :

1) menahan pandangan dari segala hal yang dicela dan dimakruhkan;

2) menjaga lidah dari perkataan yang sia-sia, berdusta, mengumpat, berkata keji, dan mengharuskan berdiam diri, menggunakan waktu untuk berzikir kepada Allah serta membaca Al-Quran;

3) menjaga pendengaran dari mendengar kata-kata yang tidak baik;

4) mencegah anggota tubuh yang lain dari perbuatan dosa;

5) tidak berlebih-lebihan dalam berbuka, sampai perutnya penuh makanan;

6) hatinya senantiasa diliputi rasa cemas (khauf) dan harap (raja) karena tidak diketahui apakah puasanya diterima atau tidak oleh Allah.



3. Shoumul khawashil khawashi (puasa sangat istimewa) Ialah Puasanya orang yang menahan hati dari kemauan yang rendah dan dari pemikiran terhadap duniawi, dan menahannya juga pemikiran kepada selain Allah dengan secara keseluruhan. Dan ini adalah martabat puasanya para Nabi dan para Shiddiqiin.

“Dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Barangsiapa berbelanja (bersedekah) dua orang pada jalan Allah maka akan dipanggil dari pintu-pintu sorga : Wahai hamba Allah, inilah kebaikan. Barangsiapa banyak shalatnya ia akan dipanggil dari pintu shalat. Barangsiapa banyak jihadnya (kebaikannya dijalan Allah) ia akan dipanggil dari pintu jihad. Barangsiapa banyak puasanya ia akan dipanggil dari pintu Rayyan, dan barangsiapa banyak sedekahnya ia akan dipanggil dari pintu sedekah. Maka berkatalah Abu Bakar Ra : Ya Rasulullah, aku benar-benar bertanya : Tidaklah panggilan dari pintu- pintu itu ada kesulitan ? Apakah seorang dipanggil dari pintu-pintu itu semuanya ? Nabi menjawab : Ya, dan aku mengharapkan engkau termasuk diantara mereka. (HR Bukhari).

Pada puasa tingkat tertinggi ini tidak hanya mulut yang berpuasa dari berbagai makanan dan minuman serta menahan kemaluan dari berhubungan suami istri (jima’), serta anggota badan dari perbuatan maksiat, tapi juga menjaga jiwa, hati dan pikiran dari hal-hal yang melanggar ajaran syari’at.

Al-hasil ; Tak perduli kita ditingkatan yang mana, yang penting jalani perintah Allah dan menjauhi apa-apa yang dilarangnya. Dan semoga bulan puasa tahun ini akan menambah derajat keimanan dan ketaqwaan kepada Allah.

Al-Haqiir wal faqiir fil’ilmi wal adab

Keajaiban Al Qur’an dan Ilmu Pengetahuan

Keajaiban Al Qur’an dan Ilmu Pengetahuan


Tata Surya Matahari dengan 8 planetnyaBenar kiranya jika Al Qur’an disebut sebagai mukjizat. Bagaimana tidak, ternyata ayat-ayat Al Qur’an yang diturunkan di abad ke 7 masehi di mana ilmu pengetahuan belum berkembang (saat itu orang mengira bumi itu rata dan matahari mengelilingi bumi), sesuai dengan ilmu pengetahuan modern yang baru-baru ini ditemukan oleh manusia.

Sebagai contoh ayat di bawah:

“Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?” [Al Anbiyaa:30]

Saat itu orang tidak ada yang tahu bahwa langit dan bumi itu awalnya satu. Ternyata ilmu pengetahuan modern seperti teori Big Bang menyatakan bahwa alam semesta (bumi dan langit) itu dulunya satu. Kemudian akhirnya pecah menjadi sekarang ini.

Kemudian ternyata benar segala yang bernyawa, termasuk tumbuhan bersel satu pasti mengandung air dan juga membutuhkan air. Keberadaan air adalah satu indikasi adanya kehidupan di suatu planet. Tanpa air, mustahil ada kehidupan. Inilah satu kebenaran ayat Al Qur’an.

Tatkala merujuk kepada matahari dan bulan di dalam Al Qur’an, ditegaskan bahwa masing-masing bergerak dalam orbit atau garis edar tertentu.

“Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya.” (Al Qur’an, 21:33)

Disebutkan pula dalam ayat yang lain bahwa matahari tidaklah diam, tetapi bergerak dalam garis edar tertentu:
“Dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.” (Al Qur’an, 36:38)

Langit yang mengembang (Expanding Universe)


Dalam Al Qur’an, yang diturunkan 14 abad silam di saat ilmu astronomi masih terbelakang, mengembangnya alam semesta digambarkan sebagaimana berikut ini:

“Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami benar-benar meluaskannya.” (Al Qur’an, 51:47)

Menurut Al Qur’an langit diluaskan/mengembang. Dan inilah kesimpulan yang dicapai ilmu pengetahuan masa kini.

Sejak terjadinya peristiwa Big Bang, alam semesta telah mengembang secara terus-menerus dengan kecepatan maha dahsyat. Para ilmuwan menyamakan peristiwa mengembangnya alam semesta dengan permukaan balon yang sedang ditiup.

Hingga awal abad ke-20, satu-satunya pandangan yang umumnya diyakini di dunia ilmu pengetahuan adalah bahwa alam semesta bersifat tetap dan telah ada sejak dahulu kala tanpa permulaan. Namun, penelitian, pengamatan, dan perhitungan yang dilakukan dengan teknologi modern, mengungkapkan bahwa alam semesta sesungguhnya memiliki permulaan, dan ia terus-menerus “mengembang”.

Pada awal abad ke-20, fisikawan Rusia, Alexander Friedmann, dan ahli kosmologi Belgia, George Lemaitre, secara teoritis menghitung dan menemukan bahwa alam semesta senantiasa bergerak dan mengembang.
Fakta ini dibuktikan juga dengan menggunakan data pengamatan pada tahun 1929. Ketika mengamati langit dengan teleskop, Edwin Hubble, seorang astronom Amerika, menemukan bahwa bintang-bintang dan galaksi terus bergerak saling menjauhi. 

Gunung yang Bergerak

“Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di tempatnya, padahal ia berjalan sebagai jalannya awan.” [QS 27:88]

14 abad lampau seluruh manusia menyangka gunung itu diam tidak bergerak. Namun dalam Al Qur’an disebutkan gunung itu bergerak.

Gerakan gunung-gunung ini disebabkan oleh gerakan kerak bumi tempat mereka berada. Kerak bumi ini seperti mengapung di atas lapisan magma yang lebih rapat. Pada awal abad ke-20, untuk pertama kalinya dalam sejarah, seorang ilmuwan Jerman bernama Alfred Wegener mengemukakan bahwa benua-benua pada permukaan bumi menyatu pada masa-masa awal bumi, namun kemudian bergeser ke arah yang berbeda-beda sehingga terpisah ketika mereka bergerak saling menjauhi.


Gambar Gerakan Gunung / BenuaPara ahli geologi memahami kebenaran pernyataan Wegener baru pada tahun 1980, yakni 50 tahun setelah kematiannya. Sebagaimana pernah dikemukakan oleh Wegener dalam sebuah tulisan yang terbit tahun 1915, sekitar 500 juta tahun lalu seluruh tanah daratan yang ada di permukaan bumi awalnya adalah satu kesatuan yang dinamakan Pangaea. Daratan ini terletak di kutub selatan.

Sekitar 180 juta tahun lalu, Pangaea terbelah menjadi dua bagian yang masing-masingnya bergerak ke arah yang berbeda. Salah satu daratan atau benua raksasa ini adalah Gondwana, yang meliputi Afrika, Australia, Antartika dan India. Benua raksasa kedua adalah Laurasia, yang terdiri dari Eropa, Amerika Utara dan Asia, kecuali India. Selama 150 tahun setelah pemisahan ini, Gondwana dan Laurasia terbagi menjadi daratan-daratan yang lebih kecil.

Benua-benua yang terbentuk menyusul terbelahnya Pangaea telah bergerak pada permukaan Bumi secara terus-menerus sejauh beberapa sentimeter per tahun. Peristiwa ini juga menyebabkan perubahan perbandingan luas antara wilayah daratan dan lautan di Bumi.

Pergerakan kerak Bumi ini diketemukan setelah penelitian geologi yang dilakukan di awal abad ke-20. Para ilmuwan menjelaskan peristiwa ini sebagaimana berikut:

Kerak dan bagian terluar dari magma, dengan ketebalan sekitar 100 km, terbagi atas lapisan-lapisan yang disebut lempengan. Terdapat enam lempengan utama, dan beberapa lempengan kecil. Menurut teori yang disebut lempeng tektonik, lempengan-lempengan ini bergerak pada permukaan bumi, membawa benua dan dasar lautan bersamanya. Pergerakan benua telah diukur dan berkecepatan 1 hingga 5 cm per tahun. Lempengan-lempengan tersebut terus-menerus bergerak, dan menghasilkan perubahan pada geografi bumi secara perlahan. Setiap tahun, misalnya, Samudera Atlantic menjadi sedikit lebih lebar. (Carolyn Sheets, Robert Gardner, Samuel F. Howe; General Science, Allyn and Bacon Inc. Newton, Massachusetts, 1985, s. 30)

Ada hal sangat penting yang perlu dikemukakan di sini: dalam ayat tersebut Allah telah menyebut tentang gerakan gunung sebagaimana mengapungnya perjalanan awan. (Kini, Ilmuwan modern juga menggunakan istilah “continental drift” atau “gerakan mengapung dari benua” untuk gerakan ini. (National Geographic Society, Powers of Nature, Washington D.C., 1978, s.12-13)

Tidak dipertanyakan lagi, adalah salah satu kejaiban Al Qur’an bahwa fakta ilmiah ini, yang baru-baru saja ditemukan oleh para ilmuwan, telah dinyatakan dalam Al Qur’an.

“Dan Kami telah meniupkan angin untuk mengawinkan dan Kami turunkan hujan dari langit lalu Kami beri minum kamu dengan air itu dan sekali kali bukanlah kamu yang menyimpannya.” (Al Qur’an, 15:22)


Ramalan Kemenangan Romawi atas Persia


“Alif, Lam, Mim. Telah dikalahkan bangsa Romawi, di negeri yang terdekat dan mereka sesudah dikalahkan itu akan menang, dalam beberapa tahun (lagi). Bagi Allah-lah urusan sebelum dan sesudah (mereka menang).” (Al Qur’an, 30:1-4)

Ayat-ayat ini diturunkan kira-kira pada tahun 620 Masehi, hampir tujuh tahun setelah kekalahan hebat Bizantium Kristen di tangan bangsa Persia, ketika Bizantium kehilangan Yerusalem. Kemudian diriwayatkan dalam ayat ini bahwa Bizantium dalam waktu dekat menang. Padahal, Bizantium waktu itu telah menderita kekalahan sedemikian hebat hingga nampaknya mustahil baginya untuk mempertahankan keberadaannya sekalipun, apalagi merebut kemenangan kembali. Tidak hanya bangsa Persia, tapi juga bangsa Avar, Slavia, dan Lombard menjadi ancaman serius bagi Kekaisaran Bizantium. Bangsa Avar telah datang hingga mencapai dinding batas Konstantinopel. Kaisar Bizantium, Heraklius, telah memerintahkan agar emas dan perak yang ada di dalam gereja dilebur dan dijadikan uang untuk membiayai pasukan perang. Banyak gubernur memberontak melawan Kaisar Heraklius dan dan Kekaisaran tersebut berada pada titik keruntuhan. Mesopotamia, Cilicia, Syria, Palestina, Mesir dan Armenia, yang semula dikuasai oleh Bizantium, diserbu oleh bangsa Persia. (Warren Treadgold, A History of the Byzantine State and Society, Stanford University Press, 1997, s. 287-299.)


Diselamatkannya Jasad Fir’aun


“Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu” [QS 10:92]

ramses.jpgMaurice Bucaille dulunya adalah peneliti mumi Fir’aun di Mesir. Pada mumi Ramses II dia menemukan keganjilan, yaitu kandungan garam yang sangat tinggi pada tubuhnya. Dia baru kemudian menemukan jawabannya di Al-Quran, ternyata Ramses II ini adalah Firaun yang dulu ditenggelamkan oleh Allah swt ketika sedang mengejar Nabi Musa as.

Injil & Taurat hanya menyebutkan bahwa Ramses II tenggelam; tetapi hanya Al-Quran yang kemudian menyatakan bahwa mayatnya diselamatkan oleh Allah swt, sehingga bisa menjadi pelajaran bagi kita semua.

Perhatikan bahwa Nabi Muhammad saw hidup 3000 tahun setelah kejadian tersebut, dan tidak ada cara informasi tersebut (selamatnya mayat Ramses II) dapat ditemukan beliau (karena di Injil & Taurat pun tidak disebut). Makam Fir’aun, Piramid, yang tertimbun tanah baru ditemukan oleh arkeolog Giovanni Battista Belzoni tahun 1817. Namun Al-Quran bisa menyebutkannya karena memang firman Allah swt (bukan buatan Nabi Muhammad saw).


Segala Sesuatu diciptakan Berpasang-pasangan

Al Qur’an yang berulang-ulang menyebut adanya pasangan dalam alam tumbuh-tumbuhan, juga menyebut adanya pasangan dalam rangka yang lebih umum, dan dengan batas-batas yang tidak ditentukan.

“Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa-apa yang mereka tidak ketahui.” [Yaa Siin 36:36]

Kita dapat mengadakan hipotesa sebanyak-banyaknya mengenai arti hal-hal yang manusia tidak mengetahui pada zaman Nabi Muhammad. Hal-hal yang manusia tidak mengetahui itu termasuk di dalamnya susunan atau fungsi yang berpasangan baik dalam benda yang paling kecil atau benda yang paling besar, baik dalam benda mati atau dalam benda hidup. Yang penting adalah untuk mengingat pemikiran yang dijelaskan dalam ayat itu secara rambang dan untuk mengetahui bahwa kita tidak menemukan pertentangan dengan Sains masa ini.

Meskipun gagasan tentang “pasangan” umumnya bermakna laki-laki dan perempuan, atau jantan dan betina, ungkapan “maupun dari apa yang tidak mereka ketahui” dalam ayat di atas memiliki cakupan yang lebih luas. Kini, cakupan makna lain dari ayat tersebut telah terungkap. Ilmuwan Inggris, Paul Dirac, yang menyatakan bahwa materi diciptakan secara berpasangan, dianugerahi Hadiah Nobel di bidang fisika pada tahun 1933. Penemuan ini, yang disebut “parité”, menyatakan bahwa materi berpasangan dengan lawan jenisnya: anti-materi. Anti-materi memiliki sifat-sifat yang berlawanan dengan materi. Misalnya, berbeda dengan materi, elektron anti-materi bermuatan positif, dan protonnya bermuatan negatif. Fakta ini dinyatakan dalam sebuah sumber ilmiah sebagaimana berikut:

“…setiap partikel memiliki anti-partikel dengan muatan yang berlawanan … dan hubungan ketidakpastian mengatakan kepada kita bahwa penciptaan berpasangan dan pemusnahan berpasangan terjadi di dalam vakum di setiap saat, di setiap tempat.”

Semua ini menunjukkan bahwa unsur besi tidak terbentuk di Bumi, melainkan dibawa oleh meteor-meteor melalui letupan bintang-bintang di luar angkasa, dan kemudian “dikirim ke bumi”, persis sebagaimana dinyatakan dalam ayat tersebut. Jelas bahwa fakta ini tak mungkin diketahui secara ilmiah pada abad ke-7, di saat Al Qur’an diturunkan.


Mohon Maaf Bila Ada Salah Kata Dalam Penulisan .. Allahu Akbar .. Jangan Lupa add Aldi Rivaldi

Perang Badar

Sejarah Rasulullah s.a.w
Peperangan Badar  
Muqaddimah:

Setelah hijrahnya Rasulullah dari Makkah ke Madinah bersama-sama para sahabatnya dan diterima baik oleh orang-orang anshar, Islam telah berkembang, tersebar luas dan diterima oleh banyak kabilah-kabilah arab.  Kekuatan dan ekonomi Madinah telah menjadi kukuh.  Orang-orang arab Quraisy Makkah tidak senang hati dengan kemajuan ini.

Perang Badar merupakan perang pertama yang dilalui oleh umat Islam di Madinah. Ia merupakan isyarat betapa mulianya umat Islam yang berpegang teguh pada tali agama Allah.  Kemenangan besar kaum muslimin tidak terletak pada jumlah tentara yang ikut serta tetapi terkandung dalam kekuatan iman yang tertanam disanubari mereka.  Dengan Keyakinan mereka pada Allah yang sangat kukuh itu, Allah telah menurunkan bantuan ibarat air yang mengalir menuju lembah yang curam.  Tidak  ada sesiapa yang dapat menahan betapa besarnya pertolongan Allah terhadap umat yang senantiasa menjalankan perintahnya dan menjauhi larangannya. 

Sejarah : 

Serangan yang dilakukan oleh Abdullah Ibn Jahshin terhadap angkatan perdagangan kaum Quraisy pada bulan Rejab yang diharamkan berperang telah dianggap oleh mereka sebagai tamparan dan cabaran hebat kepada mereka.  Kaum Quraisy merasakan kematian Al-Hadhrami seharusnya dibela dan memusnahkan semua pihak yang bersangkutan dengan pembunuhan itu.  Rasulullah sememangnya menyedari pihak Quraisy pasti akan menuntut bela.  Baginda telah membuat persediaan yang lebih awal.

Pada bulan Ramadhan tahun 2 Hijriah,  Rasulullah bersama 313 orang tentera telah keluar dari Madinah untuk menyekat angkatan perdagangan kaum Quraisy yang pulang dari negeri Syria (Syam) dalam usaha mereka hendak melemahkan persiapan tentera Quraisy Makkah untuk menyerang Madinah.

Abu Sufyan yang mengetuai angkatan perdagangan tersebut telah menyedari tindakan Rasulullah itu lalu beliau telah menghantar utusannya yang bernama Dham Dham bin Amr Al-Ghifari meminta bantuan dari Makkah.

Di Makkah pula, 3 hari sebelum Dham Dham sampai, Atiqah Binte Abdul Muthalib telah bermimpi sesuatu yang sungguh menakutkan.  Atiqah telah bermimpi melihat seorang musafir datang dengan mengendarai unta. Ia berdiri diatas tanah lapang. Kemudian, lelaki tersebut berteriak dengan suara yang amat kuat.

“Ketahuilah wahai keluarga Ghudar, berangkatlah kalian kepada tempat-tempat kematian kalian dalam masa 3 hari.”

Atiqah melihat manusia berkumpul dekat musafir tersebut kemudian ia masuk dalam masjid diikuti orang ramai dan berdiri ia diatas untanya didepan Ka’bah dan dilaungkan lagi perkataan yang sama. Lelaki itu kemudian berdiri dihadapan Abu Qais dan diulangi ucapannya buat kali ketiga.  Musafir itu kemudian mengambil batu besar dan melemparkannya.  Batu itu jatuh bergolek.  Ketika batu itu tiba dibawah gunung, ia pecah berkeping-keping. Tidak sebuah rumah pun yang ada di Makkah terlepas dari dimasuki pecahan batu besar tersebut.
 
Mimpi Atiqah itu walaupun diminta supaya dirahsiakan, telah tersebar luas di Kota Makkah hingga kepengetahuan Abu Jahal.  Tetapi Abu Jahal dengan sikap bongkak dan sombongnya tidak memperdulikan mimpi itu malah diperlecehkan olehnya.

Al-Abbas bin Abdul Muthalib, orang pertama yang mengetahui tentang mimpi Atiqah telah mendengar saudaranya di ejek oleh Abu Jahal.  Beliau ingin mempertahankan saudaranya lalu keluar untuk mencari Abu jahal.  Pada ketika beliau terjumpa Abu Jahal, Dham Dham, yaitu utusan dari Abu Sufyan telah sampai ke Makkah dengan membawa berita Abu Sufyan meminta bantuan.  Ketika itu juga Makkah menjadi kecoh dengan berita ini.  Ramai pembesar-pembesar Quraisy merasa marah dengan tindakan Muhammad.  Mereka lalu mengumpulkan orang untuk keluar membantu Abu Sufyan.  Tidak ada seorang lelaki pun yang ingin ketinggalan dalam peperangan ini.  Ada diantara mereka yang tidak dapat ikut tetapi mengutus orang suruhan mereka untuk ikut serta.

Sebelum berlaku peperangan di Badar, Nabi Muhammad S.A.W telah mengutuskan Talhah Bin Ubaidullah dan Said bin Zaid untuk mengumpul maklumat tentang kabilah Abu Sufyan.  Mereka mengumpulkan maklumat ynag perlu dan kembali ke Madinah untuk menyampaikan pada Rasul.  Baginda bergerak bersama-sama para pengikutnya.  Baginda menuju ke Badar tetapi terlebih dahulu Baginda mengutus Ali bin Abu Talib, Zubir bin Al-Awwam dan Saad Bin Abi Waqqas bersama beberapa orang lain ke Badar mengumpulkan maklumat terbaru tentang orang Quraisy serta musuh mereka. Maklumat yang diperolehi daripada dua orang budak lelaki yang telah mendedahkan tentang tempat persinggahan orang Quraisy.  Apabila Rasulullah bertanya berapa ekor binatang yang disembelih untuk makanan mereka setiap hari, kanak-kanak itu menjawab 9 atau 10 eokr.  Dengan kebijaksanaan Rasulullah, Beliau dapat mengagak jumlah tentera musuh ada 900 hingga 1000 orang tentera.

Dengan maklumat yang diperolehi itu, Rasulullah pada waktu itu merasa khawatir kalau-kalau nanti setelah kejadian tenteranya bertempur dengan tentera Quraisy lalu dari tenteranya ada yang mengundur diri.  Nabi Muhammad S.A.W juga ingat bahwa asal mulanya berangkat dari madinah adalah hendak mengejar seperangkatan unta yang memuatkan perdagangan kaum Quraisy yang di ketuai oleh Abu Sufyan, sedangkan mereka telah lepas jalan ke Makkah.  Rasulullah bimbang jika ada diantara tenteranya yang tidak suka bertempur dengan tentera Quraisy dan ada yang berperasaan.
Angkatan Unta yang dikejar telah terlepas jalan. Pasukan tentera Quraisy begitu besar berlipat ganda. Alat perang Quraisy lebih lengkap dan mereka serba kekurangan.

Dengan kebijaksanaan sebagai seorang Nabi dan pesuruh Allah, maka Nabi Muhammad S.A.W mengadakan permusyawaratan bersama pahlawan-pahlawan tenteranya meminta pendapat mereka. Pada mulanya, mereka berkata bahwa mereka keluar hanya untuk perdagangan Quraisy dan bukan untuk berperang.  Ketika itu Rasulullah amat merasa susah hati dan berubah wajahnya. Apabila Abu Bakar r.a melihat keadaan ini, lalu beliau berkata:

“Ya Rasulullah, lebih baik kita bertempur dengan musuh!”.  Diikuti pula dengan Umar r.a.  Kemudian seorang sahabat Miqdad Bin Al-Aswad lalu berdiri dan berkata :

“Ya Rasulullah, teruskanlah pada barang apa yang Allah telah perintahkan pada Tuan! Maka kita serta Tuan.  Demi Allah, kita tidak akan berkata kepada Tuan seperti perkataan kaum Bani Israil kepada Nabi Musa pada zaman dahulu. “Pergilah engkau bersama Tuhanmu, maka berperanglah engkau berdua.  Kita sesungguhnya akan duduk termenung saja.”.  Akan tetapi berkata kita pada Tuan sekarang “Pergilah Tuan bersama Tuhan Tuan! Dan berperanglah Tuan bersama Tuhan Tuan.  Kita sesungguhnya berserta Tuan dan Tuhan Tuan.  Kita ikut berperang.  Demi Allah, jikalau Tuan berjalan dengan kita sampai kedesa Barkul Ghamad, nescaya kita berjuang bersama Tuan daripada yang lainnya.  Kita akan berperang dari sebelah kanan Tuan dan di antara hadapan Tuan dan belakang Tuan.

Ketika itu Rasulullah juga ingin kepastian dari kaum Anshar.  Melihat keadaan itu, Sa’ad Bin Muaz lalu berdiri dan berkata dengan kata-kata yang memberi keyakinan pada Rasulullah sama seperti kaum Muhajirin.  Di ikuti pula oleh suara-suara pahlawan yang lain.

Setelah mendengar kata-kata daripada sahabat dan tenteranya yang sungguh meyakinkan, bercahayalah muka Nabi seraya tertampak kegirangannya.  Pada saat itu juga Allah menurunkan wahyunya yang tercatat di Surah Al-Anfal ayat 5-7 yang artinya :

“Sebagai Tuhanmu(Muhammad) mengeluarkan akan kamu dari rumhamu yang benar. Dan bahawasanya sebahagian dari orang-orang yang beriman itu sungguh benci.  Mereka membantah kamu dalam urusan kebenaran (berperang) sesudah terang-benderang, seolah-olah mereka digiring akan salah satu dari dua (golongan Al’Ier dan golongan An Nafier), bahawasanya ia bagimu, dan kamu mengharapkan yang tidak berkekuatan senjata adalah bagi kamu, dan Allah berkehendak akan menyatakan kebenaran dengan semua sabdanya, dan memutuskan kekalahan orang-orang yang tidak percaya” 
                                                                                  (Al-Quran Surat Al-Anfal Ayat 5-7)

Setelah itu, nabi S.A.W lalu bersabda pada seluruh tenteranya:
“Berjalanlah kamu dan bergiranglah kerana sesungguhnya Allah telah memberi janji kepadaku salah satu daripada dua golongan (yaitu Al-Ier dan An-Nafier).  Demi Allah, sungguh aku seakan-akan sekarang ini melihat tempat kebinasaan kaum Quraisy,”

Mendengar perintah Rasulullah S.A.W yang sedemikian itu, segenap kaum muslimin memulakan perjalanan dengan tulus ikhlas dan berangkatlah mereka menuju ketempat yang dituju oleh Nabi. Mereka selalu ta’at dan patuh kepada perintah Nabi dengan melupakan segala sesuatu yang menjadi kepentingan diri mereka sendiri.

Dipihak Quraisy pula ada beberapa kocar kacir yang terjadi sehingga beberapa kaum yang berjalan berpatah balik ke Makkah.

Rasulullah tidak henti-henti memanjatkan do’a kepada Allah memohon pertolongan. Untuk menebalkan iman tenteranya dan meneguhkan semangat barisannya, Rasulullah menghadapkan mukanya kepada sekelian tenteranya sambil memohon kepada Allah yang artinya :

“Ya Allah! Hamba memohon kepada Engkau akan janji dan perjanjian Engkau.  Ya Allah! Jika Engkau berkehendak (mengalahkan pada hamba), tidak akan Engkau disembah lagi.” 

Diriwayatkan diwaktu itu, Nabi S.A.W berulang-ulang memohon kepada Allah sehingga Abu Bakar r.a yang senantiasa berada disisinya telah memegang selendang dan bahu Nabi sambil berkata bahwa Tuhan akan meluluskan padanya apa yang telah Allah janjikan.

Selanjutnya, sebagai kebiasaan bangsa Arab, sebelum berperang maka diantara pahlawan-pahlawannya lebih dulu harus bertanding dan beradu kekuatan dengan pahlawan musuh.  Dipihak kaum Quraisy, 3 pahlawan yang keluar adalah 1. Utbah Bin Rabi’ah, 2. Syaibah Bin Rabi’ah dan 3. Walid Bin Utbah.  Dan dari tentera Islam ialah 1. ‘Auf bin Al-Harits, 2. Mu’adz bin Harts dan 3. Abdullah bin Rawahah.  Mereka bertiga adalah dari kaum Anshar.  Tetapi kerana kesombongan kaum Quraisy yang merasakan bangsanya lebih baik, tidak mahu menerima kaum Anshar, malah meminta Rasulullah mengeluarkan 3 orang pahlawan dari kaum Quraisy sendiri.  Maka Rasulullah mengeluarkan 1. Hamzah Bin Abdul Muthalib, 2. Ali Bin Abi Thalib dan 3. ‘Ubadah Bin Al-Harits.  Mereka berenam beradu tenaga sehingga akhirnya tentera Quraisy jatuh ketiga-tiganya dan tentera Islam hanya ‘Ubaidah Bin Al-Harits yang syahid.  Ini adalah petanda bahwa kaum Quraisy akan tewas.  

Setelah itu pertempuran terus berlaku.  Tentera Islam yang seramai 313 orang berlawan mati-matian untuk menewaskan tentera Quraisy.  Rasulullah senantiasa mengamati gerak-geri tentera Islam.  Dengan sebentar waktu, berpuluh-puluh tentera musyrikin menghembuskan nafasnya, melayang jiwanya meninggalkan badannya bergelimpangan diatas tanah bermandikan darah.  Tentera Islam senantiasa menyebut “Esa! Esa! Esa!”.

Rasulullah pula tidak henti-henti memanjatkan do’a pada Allah memohon kemenangan  tentera Islam. Ada seketika dengan tidak ada sebab apapun, Rasulullah telah jatuh dengan mendadak sebagai orang pengsan.  Tubuhnya gementar dan kedinginan bagaikan orang ketakutan.  Tetapi tidak berapa minit, Beliau bangun dengan tegak lalu bersabda kepada Abu Bakar r.a. yang senantiasa berada disisinya, yang artinya :

“Gembiralah oleh mu hai Abu Bakar.  Telah datang pertolongan dari Allah kepadamu.  Ini Malaikat Jibril sampai memegang kendari kuda yang ia tuntun atas kedua gigi sarinya berdebu.” 

Rasulullah memberi semangat kepada tenteranya dengan sabdanya yang membawa maksud dan jaminan bahwa tentera Islam yang turut serta diperang Badar dijamin masuk syurga.  Mendengar ini, tentera Islam semakin berkobar-kobar semangatnya.  Ramai pembesar-pembesar Quraisy yang terkorban dan pada akhirnya, mereka bubar dan melarikan diri.  70 orang kaum Quraisy terbunuh dan 70 yang lain tertawan.  Manakala tentera Islam pula hanya 14 yang syahid (6 dari Muhajirin dan 8 dari Anshar).  Tentera Islam mendapat kemenangan dari sebab keteguhan dan ketabahan hati mereka.  Bangkai-bangkai tentera musyrikin dilempar dan dikuburkan didalam sebuah perigi/sumur di Badar.

Kemenangan ini disambut dengan riang gembira oleh orang yang tidak mengikut peperangan, yaitu kaum perempuan, kanak-kanak dan beberapa orang lelaki yang diberi tugas mengawal Madinah dalam masa pemergian tentera Islam ke Badar itu.

Di Madinah pula, Rasulullah memikirkan bagaimana cara yang patut dilakukan keatas orang tawanan perang.  Rasulullah juga berpesan pada orang ramai supaya bersikap baik dan belas kasihan kepada orang tawanan. Sehingga ada kaum muslimin yang memberikan satu-satunya roti yang ada kepada orang tawanan.  Sehingga orang tawanan merasa segan dengan kebaikan yang ditunjukkan. Rasulullah kemudian berbincang dengan orang Islam tentang nasib tawanan Badar.  Ada yang menyatakan dibunuh saja kerana mereka telah engkar dengan Allah dan mengusir kaum Muhajirin dari Makkah.  Ada pula yang lebih lembut hatinya dan disuruh lepaskan saja dengan harapan mudah-mudahan mereka akan insaf dan tertarik dengan Islam.  Setelah lam berbincang, mereka akhirnya mengambil keputusan untuk melepaskan mereka dengan mengenakan tebusan sekadar yang sepatutnya mengikut keadaan masing-masing.  Setinggi empat ribu dirham dan serendah satu ribu dirham.  Bagi yang miskin tetapi ada pengetahuan membaca dan menulis dikehendaki supaya mengajar sepuluh orang kanak-kanak Islam.  Mereka semua dibebaskan apabila tebusan telha dibayar atau kanak-kanak itu telah pandai.  


Hikmah didalam peperangan Badar


Peperangan Badar ini amat besar ertinya bagi agama Islam.  Andaikata tentera Islam kalah dalam peperangan ini maka tamatlah riwayat orang-orang Islam malah agama Islam itu sendiri.  Kemenangan ini juga menguatkan lagi kedudukan Islam di Madinah dan menambahkan keyakinan bahwa mereka adalah pihak yang benar.  Mereka telh mula disegani dan ditakuti oleh kabilah-kabilah Arab lain dan digeruni oleh orang Yahudi dan Munafiqin Madinah.  Sebaliknya pengaruh orang Quraisy Makkah mula lemah dan merosot.  Orang yang ditawan oleh tenters Islam pula, apabila mereka balike ke Makkah setelah dilepaskan telah menceritakan kepada sahabat-sahabat dan keluarga tentang kebaikan orang Islam.  Cerita ini dengan tidak secar langsung telah member pertolongan yang besar kepada perkembangan agama Islam di Makkah.  Mereka yang selalunya menerima layanan buruk dari orang Quraisy secara diam telha berhijrah ke Madinah dan memeluk agama Islam.  Dengan ini tentera Islam bertambah dar masa ke masa.  Perang Badar telah memperkuatkan lagi kepercayaan orang Islam kepada nabi Muhammad S.A.W. dan ajaran Islam.  Mereka sanggup berkorban jiwa untuk kepentingan Baginda dan agama Islam


Kesimpulan

Pengajaran dari peperangan ini menunjukkan bahwa kaum Quraisy tidak bersatu padu.  Ini terbukti apabila ada beberapa puak yang menarik diri sebelum perang terjadi.  Dengan ini sebagai orang Islam kita harus bersatu demi untuk mencapai kemenangan.

Kaum Quraisy terlalu yakin yang mereka akan berjaya memusnahkan Islam yang memang sedikit dari jumlah tetapi tidak dari semangat.  Mereka tidak dapat mengalah tentera Islam kerana semangat tentera Islam begitu kukuh kerana Rasulullah telah berjaya menjalin silaturrahim yang kuat sesama Islam.  Nabi Muhammad S.A.W adalah pentabdir yang berkaliber dan pintar mengendalikan tektik peperangan.  Orang Islam mempunyai pegangan iaitu berjaya didunia atau mati syahid.


Mohon Maaf Bila ada Kesalahan dalam Penulisan .. Saya Aldi Rivaldi .. Wassalamu'alaikum Wr.Wb.